When you look through those ‘deep’ eyes, you’ll see Monty crying
Nama Montgomery
Clift
Tanggal Lahir 17
Oktober 1920, Omaha, Nebraska, USA
Tanggal Kematian 23
Juli 1966, New York City, New York, USA
Nama Lahir Edward
Montgomery Clift
Nama Panggilan Monty
Tinggi Badan 178
cm
SEPANJANG
TAHUN 1950an tidak diragukan lagi sebagai masa keemasan Hollywood. Mulai
dari keberadaan aktris yang menjadi sex
icon terbesar Hollywood, Marilyn Monroe; kematian tragis aktor tampan, muda
dan berbakat, James Dean; awal masa keemasan aktris cantik yang terkenal akan
kemampuan akting apik, Elizabeth Taylor; dan kemunculan aktor legendaris,
Marlon Brando. Tapi, ada seorang lain yang tidak akan pernah dilupakan oleh
Hollywood. Media-media Amerika bahkan menyebutnya ‘lebih baik dari Marlon
Brando dan lebih tragis dari James Dean’. Seorang pria tampan dengan alis tebal
serta mata redup yang menyimpan kepedihan. Pembawaannya yang dingin selalu
menarik perhatian setiap orang yang melihat ke layar. Ia adalah salah satu asset Hollywood yang digadang bisa menarik perhatian semua kalangan,
baik pria maupun wanita. The New York Times menyebutnya sebagai ‘moody,
sensitive young men’. Dia adalah… Montgomery Clift.
Sebelum ada Marlon Brando dan James Dean, terlebih dahulu ada
Montgomery Clift. Faktanya, James Dean sangat sering menelepon Montgomery
Clift hanya untuk mendengar suara sang
idola. Bahkan Marlon Brando pernah berkata pada Monty— “Ada saatnya, saya
membencimu. Saya selalu membencimu karena saya ingin menjadi lebih baik darimu,
tapi kau lebih baik dariku”.
Pada dasarnya, Monty adalah seorang aktor fenomenal dan
manusia yang menakjubkan. Ironisnya, dia adalah salah satu figur paling tragis
yang dimiliki Hollywood. Marilyn Monroe suatu kali menyebut Monty sebagai
“satu-satunya orang yang aku tahu berada di kondisi lebih buruk dari diriku”.
Dan, seperti yang kita ketahui, kisah tragis Marilyn sangat terkenal. Tetapi
tidak untuk kisah Montgomery Clift. Montgomery Clift membenci dirinya sendiri
atas pandangan Hollywood yang menganggap homoseksual sebagai sebuah penyakit.
Meskipun ia memiliki banyak affair
dengan wanita, sisi homoseksualnya menyebabkan penderitaan batin dan akhirnya
menyebabkannya memiliki ketergantungan alkohol. Lalu, tahun 1956, ketika sedang
mengendarai mobil pulang dari sebuah pesta di rumah Elizabeth Taylor, Monty
mendapat kecelakaan mobil parah yang menyebabkan bekas luka secara fisik dan
emosional untuknya. Wajah malaikatnya, ciri khasnya di Hollywood, menjadi cacat
dan membuat sebagian otot wajahnya lumpuh yang berpengaruh pada ekspresi
wajahnya.
10 tahun antara kecelakaan dan kematiannya di tahun 1966
sering dianggap sebagai ‘masa bunuh diri terlama dalam sejarah Hollywood”.
Monty menjadi lebih ketergantungan terhadap alkohol, menggabungkan kecanduan
gilanya itu dengan pil penghilang rasa sakit. Dalam film-filmnya selanjutnya,
Monty selalu membawa sebuah termos berisi ‘ramuan ampuh’ buatannya beserta
alkohol.
Elizabeth Taylor adalah sosok yang sangat penting dalam
kehidupan Monty. Sempat dikabarkan bahwa Elizabeth Taylor menyukai Monty.
Taylor bahkan pernah berkata bahwa Monty mengambil napasnya saat mereka pertama
kali bertemu di tempat shooting A
Place in the Sun (1951). Mereka tetap berteman baik selamanya—setidaknya sampai
Monty meninggal di usia 45 tahun.
Elizabeth sendiri adalah sosok yang penting di kehidupan
Monty. Ketika Monty tidak mendapatkan sama sekali film di pertengahan tahun
1960an, Taylor menaruh gajinya dalam film untuk asuransi supaya Monty menjadi
lawan mainnya di film Reflections in a Golden Eye. Monty meninggal sebelum film
itu mulai shooting.
Untuk kehidupan sesame jenisnya, Monty juga diisukan
mempunyai hubungan special bersama koreografer legendaris biseksual, Jerome
Robbins
Saya
tidak malu mengakui bahwa setelah 50 tahun kematiannya, masih ada seseorang
yang mengelap air matanya, dari sekarang sampai selamanya, atas kehidupannya
yang menyedihkan dan kematiannya yang tragis. Ia adalah manusia yang sangat baik. Ia mencintai akting, musik, menulis dan
puisi—ia biasanya menelepon teman-teman terdekatnya berjam-jam di
malam hari hanya untuk memperdengarkan mereka baris-baris favoritnya dan
teks-teks dari puisi Jerman dan Perancis. Dia sangat cerdas dan bisa berbicara
beberapa bahasa asing. Tata bicaranya lembut dan sensitive. Dia adalah pria
idaman setiap wanita—atau beberapa pria. Dia punya beberapa kebiasaan buruk
(yang memang mengantarkannya ke kematiannya) tetapi melihat sepuluh tahun
tersebut, saya bisa mengatakan dia adalah laki-laki yang sangat kuat. Ia pria
yang peduli dan setia terhadap orang-orang terdekatnya, termasuk Elizabeth
Taylor.
Selamat tinggal, Monty Clift...