Judul Arisan
2
Sutradara Nia
Dinata
Penulis Nia Dinata
Pemeran Cut
Mini
Tora
Sudiro
Rachel
Maryam
Aida
Nurmala
Surya
Saputra
Rio
Dewanto
Edward
Gunawan
Adinia
Wirasti
Sarah
Sechan
Atiqah
Hasiholan
Ria
Irawan
Pong
Harjanto
Melissa
Karim
Cynthia
Lamusu
Aming
Titi
Dj
Distributor Kalyana Shira Films
Tanggal Rilis 1 Desember 2011
8 TAHUN BERLALU. Jakarta tidak berubah,
tetap sebagai pusatnya, sebuah kota metropolitan dengan segenap kegemerlapan
dan rahasia-rahasia di hati setiap penduduknya. Namun perubahan terjadi pada hati
orang-orang yang tinggal disana. Sakti dan Nino (Tora Sudiro & Surya
Saputra) memilih mengakhiri hubungan mereka; Andien (Aida Nurmala) ditinggal
dulu oleh suaminya, Bob, ke Yang Maha Kuasa; Lita (Rachel Maryam) dengan
beraninya membesarkan sendiri anak yang dikandungnya dan menolak institusi
pernikahan; serta Meimei yang telah bercerai dan mulai bahagia dengan
kehidupannya yang baru.
Cerita benar-benar dimulai ketika sisi
lain kehidupan Meimei dikuak. Meimei yang tiba-tiba mengasingkan diri ke Gili,
Lombok ternyata sedang berusaha menutupi penyakit kanker yang sedang
menggorogotinya. Ditambah dengan beberapa karakter baru seperti Tom (Edward
Gunawan), dokter yang menangani Meimei di Gili; Molly (Adinia Wirasti),
bartender kenalan Meimei di Gili; Joy (Sarah Sechan), dokter bedah plastik yang
terkenal di kalangan sosialita; Ara (Atiqah Hasiholan), sosialita yang sedang
naik daun; Octa (Rio Dewanto), brondong muda pacar baru Nino; dan Mas Gerry
(Pong Harjanto), pria 60 tahun pacar baru Sakti. Film ini menguak sisi
emosional persahabatan tokoh-tokoh utama, terutama saat Sakti, Andien, Lita,
Nino dan Octa menyusul Meimei ke Gili.
Film Arisan 2 bisa saya bilang sebagai
film Indonesia yang paling matang.
Dengan plot yang menarik, akting yang apik dan cinematography yang mendukung, film yang disutradarai oleh Nia
Dinata ini saya anggap sebagai film
terbaik Indonesia yang pernah saya tonton. Setiap film Nia Dinata selalu
menarik perhatian saya. Meskipun, entahlah, saya merasa dari segi experimental Arisan! sekuel pertama
lebih baik (saya juga tidak bisa menjelaskan mengapa saya lebih menganggap yang
pertama lebih masterpiece, hanya saja
film tersebut lebih membekas di hati), tapi dari ‘kematangan’, bagi saya film
Arisan 2 sangat layak disandingkan dengan film-film kelas dunia sekalipun.
Dibumbui dengan opini sang penulis sekaligus sutradara (Nia Dinata) tentang
pandangan-pandangan spiritualnya (sangat kental, tetapi disajikan dengan ringan
namun sangat mengena di hati saya), juga mengungkap sisi gelap kota Jakarta.
Saya pribadi berpikir bahwa sutradara-sutradara
di Indonesia perlu mencontoh Nia Dinata. Mereka sangat beruntung bisa memiliki
ibukota Jakarta. Jakarta mungkin tidak ada bandingannya dengan kegemerlapan
Hollywood California, New York, Paris atau Sydney sekalipun, namun banyak isu
social yang bisa diangkat dari kota paling metropolitan di negara yang
penduduknya ‘berusaha’ menjaga adat ketimuran dan moralitas agama seperti
Indonesia. Kehidupan hedonisme ataupun ‘dosa-dosa kecil’ dan having fun yang ada di Jakarta akan
berbeda karena kondisi mereka yang walaupun super liar, namun masih terkekang
oleh rules, traditions, atau
norma-norma yang selalu mereka kenal disini. Apa yang saya dapat dari Arisan 2
ialah bagaimana beberapa orang di Jakarta yang diidentifikasikan lost souls, confused, dan trying to enjoy
themselves dengan mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil dari
keganjilan-keganjilan yang ada dalam diri mereka. Mulai dari perselingkuhan, sex, dan sifat hedon itu sendiri.
Sebagai seorang yang awam dalam sisi cinematography, saya menganggap teknik
pengambilan dalam film Arisan 2 sangat menarik. The Director of Photography
talks with body languages. Banyak scene
yang membuat kita mengerti lebih jelas perasaan tokoh-tokoh melalui gambar yang
terpampang serta di beberapa scene lain
malah sengaja ditunjukkan sisi ambigu agar penonton dibuat bertanya-tanya
tentang pikiran-pikiran tokoh. Contohnya, masalah orientasi seksual Molly dan
mengenai apa yang sebenarnya terjadi antara Meimei, Molly dan Tom di kamar
Molly. Banyak scene ditampilkan
dengan melakukan shoot terhadap mata,
contohnya saja saat Andien bertemu Mas Gerry di restoran dan pembicaraan Molly
serta Meimei di bar. Bagi saya, cara ini sangat menarik dan menjelaskan
segalanya dengan tepat dan jelas.
Arisan 2 sendiri telah meraih beberapa
penghargaan secara internasional. Melalui sekuel Arisan, Nia Dinata mendapat
penghargaan Achievement
Award di ajang CinemAsia Amsterdam 2012. Dari Amsterdam, film ‘Arisan! 2′
melanjutkan perjalannya ke Los Angeles Asian Pacific Film Festival ke-28, 10–20
Mei 2012, dan San Francisco Frameline ke-36, 14–24 Juni 2012. Di Frameline,
‘Arisan! 2′ menjadi Bay Area Premiere. Dengan jumlah penonton kurang-lebih
57.000 penonton, Frameline merupakan LGBT Film Festival yang terbesar di dunia.
Bagi Anda yang sekarang mulai
kehilangan kepercayaan terhadap film-film Indonesia, saya sarankan untuk
menonton film Arisan 2 ini. Tidak dipungkiri, ada banyak film-film ‘kurang
berkualitas’ yang mengisi ranah perfilman Indonesia akhir-akhir ini. Namun,
masih ada Nia Dinata yang membawa harapan cerah bagi masa depan dunia perfiman
Indonesia.
Bangsa Indonesia, selamat menonton!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar