Kamis, 09 Januari 2014

Montgomery Clift: When you look through those 'deep' eyes, you'll see Monty crying



When you look through those ‘deep’ eyes, you’ll see Monty crying

Nama                                       Montgomery Clift
Tanggal Lahir                          17 Oktober 1920, Omaha, Nebraska, USA
Tanggal Kematian                   23 Juli 1966, New York City, New York, USA
Nama Lahir                             Edward Montgomery Clift
Nama Panggilan                       Monty
Tinggi Badan                           178 cm


SEPANJANG TAHUN 1950an tidak diragukan lagi sebagai masa keemasan Hollywood. Mulai dari keberadaan aktris yang menjadi sex icon terbesar Hollywood, Marilyn Monroe; kematian tragis aktor tampan, muda dan berbakat, James Dean; awal masa keemasan aktris cantik yang terkenal akan kemampuan akting apik, Elizabeth Taylor; dan kemunculan aktor legendaris, Marlon Brando. Tapi, ada seorang lain yang tidak akan pernah dilupakan oleh Hollywood. Media-media Amerika bahkan menyebutnya ‘lebih baik dari Marlon Brando dan lebih tragis dari James Dean’. Seorang pria tampan dengan alis tebal serta mata redup yang menyimpan kepedihan. Pembawaannya yang dingin selalu menarik perhatian setiap orang yang melihat ke layar. Ia adalah salah satu asset Hollywood yang digadang bisa menarik perhatian semua kalangan, baik pria maupun wanita. The New York Times menyebutnya sebagai ‘moody, sensitive young men’. Dia adalah… Montgomery Clift.





Sebelum ada Marlon Brando dan James Dean, terlebih dahulu ada Montgomery Clift. Faktanya, James Dean sangat sering menelepon Montgomery Clift  hanya untuk mendengar suara sang idola. Bahkan Marlon Brando pernah berkata pada Monty— “Ada saatnya, saya membencimu. Saya selalu membencimu karena saya ingin menjadi lebih baik darimu, tapi kau lebih baik dariku”.

Pada dasarnya, Monty adalah seorang aktor fenomenal dan manusia yang menakjubkan. Ironisnya, dia adalah salah satu figur paling tragis yang dimiliki Hollywood. Marilyn Monroe suatu kali menyebut Monty sebagai “satu-satunya orang yang aku tahu berada di kondisi lebih buruk dari diriku”. Dan, seperti yang kita ketahui, kisah tragis Marilyn sangat terkenal. Tetapi tidak untuk kisah Montgomery Clift. Montgomery Clift membenci dirinya sendiri atas pandangan Hollywood yang menganggap homoseksual sebagai sebuah penyakit. Meskipun ia memiliki banyak affair dengan wanita, sisi homoseksualnya menyebabkan penderitaan batin dan akhirnya menyebabkannya memiliki ketergantungan alkohol. Lalu, tahun 1956, ketika sedang mengendarai mobil pulang dari sebuah pesta di rumah Elizabeth Taylor, Monty mendapat kecelakaan mobil parah yang menyebabkan bekas luka secara fisik dan emosional untuknya. Wajah malaikatnya, ciri khasnya di Hollywood, menjadi cacat dan membuat sebagian otot wajahnya lumpuh yang berpengaruh pada ekspresi wajahnya.


10 tahun antara kecelakaan dan kematiannya di tahun 1966 sering dianggap sebagai ‘masa bunuh diri terlama dalam sejarah Hollywood”. Monty menjadi lebih ketergantungan terhadap alkohol, menggabungkan kecanduan gilanya itu dengan pil penghilang rasa sakit. Dalam film-filmnya selanjutnya, Monty selalu membawa sebuah termos berisi ‘ramuan ampuh’ buatannya beserta alkohol.

Elizabeth Taylor adalah sosok yang sangat penting dalam kehidupan Monty. Sempat dikabarkan bahwa Elizabeth Taylor menyukai Monty. Taylor bahkan pernah berkata bahwa Monty mengambil napasnya saat mereka pertama kali bertemu di tempat shooting A Place in the Sun (1951). Mereka tetap berteman baik selamanya—setidaknya sampai Monty meninggal di usia 45 tahun.

Elizabeth sendiri adalah sosok yang penting di kehidupan Monty. Ketika Monty tidak mendapatkan sama sekali film di pertengahan tahun 1960an, Taylor menaruh gajinya dalam film untuk asuransi supaya Monty menjadi lawan mainnya di film Reflections in a Golden Eye. Monty meninggal sebelum film itu mulai shooting.

Untuk kehidupan sesame jenisnya, Monty juga diisukan mempunyai hubungan special bersama koreografer legendaris biseksual, Jerome Robbins





Saya tidak malu mengakui bahwa setelah 50 tahun kematiannya, masih ada seseorang yang mengelap air matanya, dari sekarang sampai selamanya, atas kehidupannya yang menyedihkan dan kematiannya yang tragis. Ia adalah manusia yang sangat baik. Ia mencintai akting, musik, menulis dan puisi—ia biasanya menelepon teman-teman terdekatnya berjam-jam di malam hari hanya untuk memperdengarkan mereka baris-baris favoritnya dan teks-teks dari puisi Jerman dan Perancis. Dia sangat cerdas dan bisa berbicara beberapa bahasa asing. Tata bicaranya lembut dan sensitive. Dia adalah pria idaman setiap wanita—atau beberapa pria. Dia punya beberapa kebiasaan buruk (yang memang mengantarkannya ke kematiannya) tetapi melihat sepuluh tahun tersebut, saya bisa mengatakan dia adalah laki-laki yang sangat kuat. Ia pria yang peduli dan setia terhadap orang-orang terdekatnya, termasuk Elizabeth Taylor.



Selamat tinggal, Monty Clift...